SOLO YANG SLOW
https://mondristawan.blogspot.com/2014/10/solo-yang-sloww.html
Sore itu, terasa lega banget begitu mendarat di Bandara Adi
Sumarmo Solo, setelah capek hampir 4 jam lebih transit di Jakarta. Suasana tenang adalah
kesan pertama dari kota yang terkenal dengan sebutan kota batik ini. Disambut sayup-sayup
suara gamelan jawa, mendayu-dayu pelan dengan suasana bandara yang jauh dari
kesan bising. Saya membayangkan gemulai gerakan penari jawa melenggang-lenggok pelan.
Hening sepi, sesekali terdengar ibu-ibu dan gadis solo yang ayu bercakap
dengan tutur lemah lembut. Oh, Solo yang serba slowwww…. dan tidak terasa
hampir setengah jam lebih menunggu tas yang tidak kunjung datang, mungkin
petugasnya juga bergerak pelan selambat iringan gamelan jawa yang makin
terdengar jelas…
Bandara Adi Sumarmo Solo |
Rasa capek terbayar begitu akhirnya beristirahat di Lor In Hotel
Surakarta, kurang lebih 10 menitan dari bandara. Karena lapar dan penasaran
dengan suasana malam di kota Solo, saya beringsut keluar berniat mencari tempat
tongkrongan dengan banyak pilihan kulinernya. Sopir taxipun memilihkan tempat di depan balai kota Surakarta. Saat itu waktu menunjukkan pukul sebelas malam, banyak anak muda solo pada nongkrong sepanjang jalan, dari depan gedung BI sampai depan balai kota Surakarta .
Kabarnya, keramaian ini berlangsung sampai pagi. Tidak banyak makanan yang bisa
dicicipi di sini, kecuali bakso bakar yang super duper murah dijajakan bapak2 bersepeda.
Pedestrasi di seputaran kota solo
memang sudah tertata rapi, jalur kendaraan lambat dan cepat tertata dengan penghijauan sepanjang jalan. Sepanjang trotoar dimanfaatkan anak-anak muda duduk2
lesehan menikmati kudapan ringan sambil cuci mata, sementara beberapa yang lain
sibuk melalui malam dengan bermain skateboard.
Puas nongkrong, rasa laper semakin terasa, saya mencoba
memilih berjalan kaki ke arah keraton solo sampai akhirnya kembali naik taxi
dan minta dianterin ke tempat makan khas solo. Saya diberhentikan di depan sebuah warung nasi liwet yang sangat sederhana berlokasi di jalan Adi Sucipto setelah adipura. Awalnya agak ragu, tapi akhirnya memutuskan mencobanya. Nasi liwet disajikan dengan daun pisang, lauknya suwiran ayam, tahu dan siraman kuah parutan pepaya. Kurang nyambung sama lidah, tapi kesederhanaan dan merakyatnya betul-betul bikin kangen Solo.