Aceh, Negeri Kenduri
https://mondristawan.blogspot.com/2014/06/aceh-negeri-kenduri.html
"Orang bilang tanah kita tanah surga,
tongkat batu dan kayu jadi tanaman”….
Penggalan syair lagu kolam susu dari Koes Plus ini cukup relevan sebagai renungan akan makmurnya nusantara kita. Sejatinya negeri kita memang makmur, cuma ironisnya tidak sedikit anak negeri meringis menahan lapar, kurus kering karna kurang gizi serta mata cekung menatap derita kemiskinan di negeri yang konon tongkat saja bisa tumbuh jadi tanaman.
Namun ini satu cerita yang tersisa dari sebuah negeri di pengujung barat nusantara. Aceh merupakan sebuah negeri yang cukup makmur dalam hal pangan, tidak ada data kuantitatif, cuma pandangan ini didasarkan pada pengamatan terhadap ragam sosial masyarakat Aceh.
Adalah hal menarik, ketika Aceh tidak bisa dilepaskan dari aktivitas kenduri. Acara jamuan makan-makan ini, menjadi bagian yang penting dan tidak terlupakan pada hampir setiap aktivitas adat dan agama di Aceh. Bahkan ada selorohan, hidup di Aceh tidak akan mengalami kelaparan, sebab saban pekan ada saja undangan untuk menghadiri sebuah kenduri, mulai dari acara tunangan, pernikahan, sunatan/kitanan, peusijuk, termasuk kematian pun, tetap di lengkapi dengan acara jamu-menjamu sanak kerabat saudara serta tamu lainnya.
Dipikir2, semua tidak lepas dari ciri khas masyarakat Aceh yang sangat memuliakan tamu. Penghormatan selalu menjadi hal utama bagi masyarakat Aceh, salah satunya dengan kerelaan menjamu dalam bentuk kenduri. Karakter sosial masyarakat aceh juga tergambar dalam sebuah tarian Ranup Lampuan, sebuah tari penyambutan yang digelar sebagai bentuk pemulian dan penghormatan terhadap tamu. Kenduri juga menjadi salah satu ajang prestise dan gengsi orang aceh. Sebab, jika dihitung-hitung tidak sedikit biaya yang dihabiskan untuk melaksanakan sebuah kenduri, selain itu bukan perkara mudah karna ada tatakrama yang harus dipatuhi.
Kenduri yang cukup unik berlangsung ketika tiba waktunya perayaan Maulid Nabi yang datang setiap setahun sekali. Kenduri ini bisa berlangsung hampir sebulan penuh, dimana setiap gampong secara bergiliran melaksanakan jamuan kenduri memperingati kelahiran nabi.
Makanan kenduri berasal dari hidang yang disiapkan dari setiap rumah warga, dikumpulkan di suatu mesjid dan ditata setiap rupa untuk di hidangkan sebagai makan bersama wrga, undangan tamu dari gampong tetangga , pejabat serta anak yatim.
Kemudian, jangan ditanya mengenai ragam makanan yang dihidangkan. Pokoknya komplit mulai dari makanan, aneka minuman, kue serta tak ketinggalan buah-buahan. Jujur, ini merupakan salah satu acara yang aku sukai, dengan ragam pilihan makanan khas aceh seperti kuah pliek ue’, asam keu’eng, ayam tangkap serta aneka pilihan menu laennya :). Dan uniknya, seakan-akan sudah menjadi tradisi, dimana tamu seolah-olah datang Cuma untuk makan dan setelah itu bisa berpamitan pulang. Bahkan terkadang dibekali jika hidangan yang disajikan tidak kuasa dihabiskan.... :) hehe
Aceh memang cukup serius untuk urusan makanan, sehingga beberapa produk kuliner asli Aceh cukup terkenal seperti mie aceh. soto aceh, gule kambing serta ayam tangkap.
Apapun ceritanya, kenduri menjadi cerminan kemakmuran masyarakat Aceh disamping wadah untuk menjalin silaturahami dan mempererat hubungan persaudaraan. Makanya, tidak salah ada ungkapan bagi yang mau hidup di aceh yaitu Asal tau Cara, Enak Hidup (aceh)…hehe…
tongkat batu dan kayu jadi tanaman”….
Penggalan syair lagu kolam susu dari Koes Plus ini cukup relevan sebagai renungan akan makmurnya nusantara kita. Sejatinya negeri kita memang makmur, cuma ironisnya tidak sedikit anak negeri meringis menahan lapar, kurus kering karna kurang gizi serta mata cekung menatap derita kemiskinan di negeri yang konon tongkat saja bisa tumbuh jadi tanaman.
Namun ini satu cerita yang tersisa dari sebuah negeri di pengujung barat nusantara. Aceh merupakan sebuah negeri yang cukup makmur dalam hal pangan, tidak ada data kuantitatif, cuma pandangan ini didasarkan pada pengamatan terhadap ragam sosial masyarakat Aceh.
Adalah hal menarik, ketika Aceh tidak bisa dilepaskan dari aktivitas kenduri. Acara jamuan makan-makan ini, menjadi bagian yang penting dan tidak terlupakan pada hampir setiap aktivitas adat dan agama di Aceh. Bahkan ada selorohan, hidup di Aceh tidak akan mengalami kelaparan, sebab saban pekan ada saja undangan untuk menghadiri sebuah kenduri, mulai dari acara tunangan, pernikahan, sunatan/kitanan, peusijuk, termasuk kematian pun, tetap di lengkapi dengan acara jamu-menjamu sanak kerabat saudara serta tamu lainnya.
Dipikir2, semua tidak lepas dari ciri khas masyarakat Aceh yang sangat memuliakan tamu. Penghormatan selalu menjadi hal utama bagi masyarakat Aceh, salah satunya dengan kerelaan menjamu dalam bentuk kenduri. Karakter sosial masyarakat aceh juga tergambar dalam sebuah tarian Ranup Lampuan, sebuah tari penyambutan yang digelar sebagai bentuk pemulian dan penghormatan terhadap tamu. Kenduri juga menjadi salah satu ajang prestise dan gengsi orang aceh. Sebab, jika dihitung-hitung tidak sedikit biaya yang dihabiskan untuk melaksanakan sebuah kenduri, selain itu bukan perkara mudah karna ada tatakrama yang harus dipatuhi.
Kenduri yang cukup unik berlangsung ketika tiba waktunya perayaan Maulid Nabi yang datang setiap setahun sekali. Kenduri ini bisa berlangsung hampir sebulan penuh, dimana setiap gampong secara bergiliran melaksanakan jamuan kenduri memperingati kelahiran nabi.
Makanan kenduri berasal dari hidang yang disiapkan dari setiap rumah warga, dikumpulkan di suatu mesjid dan ditata setiap rupa untuk di hidangkan sebagai makan bersama wrga, undangan tamu dari gampong tetangga , pejabat serta anak yatim.
Kemudian, jangan ditanya mengenai ragam makanan yang dihidangkan. Pokoknya komplit mulai dari makanan, aneka minuman, kue serta tak ketinggalan buah-buahan. Jujur, ini merupakan salah satu acara yang aku sukai, dengan ragam pilihan makanan khas aceh seperti kuah pliek ue’, asam keu’eng, ayam tangkap serta aneka pilihan menu laennya :). Dan uniknya, seakan-akan sudah menjadi tradisi, dimana tamu seolah-olah datang Cuma untuk makan dan setelah itu bisa berpamitan pulang. Bahkan terkadang dibekali jika hidangan yang disajikan tidak kuasa dihabiskan.... :) hehe
Aceh memang cukup serius untuk urusan makanan, sehingga beberapa produk kuliner asli Aceh cukup terkenal seperti mie aceh. soto aceh, gule kambing serta ayam tangkap.
Apapun ceritanya, kenduri menjadi cerminan kemakmuran masyarakat Aceh disamping wadah untuk menjalin silaturahami dan mempererat hubungan persaudaraan. Makanya, tidak salah ada ungkapan bagi yang mau hidup di aceh yaitu Asal tau Cara, Enak Hidup (aceh)…hehe…