Kongkow di Coffee Shop, Lifestyle Muda Aceh...
https://mondristawan.blogspot.com/2014/06/kongkow-di-coffee-shop-lifestyle-muda.html
Asiknya, kongkow2 di coffe shop sampe larut malam apalagi pas weekend-an. Kayaknya Cuma ini aktifitas yang pas buat ngusir suntuk di Banda Aceh. Mau ngapain lagi, karena Banda tidak ada mall ato bioskop yang bisa jadi alternatif ngapus jenuh. Jadilah kami saban hari terdampar di sini, lagian Aceh juga punya beberapa pilihan coffee shop, tempat nongkrong yang gaul dan tidak jadul.
Warga Aceh memang terkenal maniak ‘menyeruput’ kopi, itu pula yang membuat warkop disini boleh dibilang sudah tidak terhitung lagi, bertebaran bak jamur di musim hujan. Mulai dari warung kopi yang masih setia bertahan dengan nuansa tradisional sampe coffee shop yang lumayan elite dan representatif buat anak muda kongkow2. Masih ingat betul, baru kira2 tiga tahun terakhir ini mulai bermunculan coffee shop yang hadir lebih elegan. ‘Toke’ ato sebutan juragan bagi orang Aceh, ternyata punya jurus jitu menggaet kaum remaja buat ikut2an nongkrong di warkop.
Kalo dulu, warkop memang masih identik sebagai tempat singgah kelas menengah ke bawah serta kalangan usia tua, namun warkop kini, hampir selalu dipadati kaum muda Aceh. Ada trik jitu untuk menahan mereka berlama-lama di warung kopi, misalnya dengan penyediaan fasilitas WIFI, sehingga bisa nge-net gratis online, browsing sambil buka2 fesbuk buat sekedar nikmati paras2 kincong si cut-cut Aceh, mmmm… Yang lain tidak mau kalah, misalnya dengan melengkapi fasilitas berupa televisi plasma ato layar wide screen buat mengaet warga Aceh yang doyan nonton bareng bola kaki, ato cara lain setiap weekend menggelar konser band lokal. Jadilah, warga Aceh berlama-lama di warkop, meski pesannya ‘sikit’ tapi ngobrolnya yang alamak bukan kepalang... ketawa lepas yang lumayan berisik melepas kepenatan setelah beraktifitas, hehe…
Tidak di sangkal lagi, inilah lifestyle warga Aceh.
Lalu, dengan berlama-lama di warkop, apakah menjadi cerminan bahwa warga Aceh malas??? Mmmm.. Tidak sepenuhnya benar, karna banyak pula putusan2 bisnis di selesekan di tempat ini. Jadi jangan heran ketika eksecutif2 muda petantang petenteng dengan laptop, melakukan lobi2 bisnis serta menggelar meeting di warkop.
Tapi, sayang seribu sayang pula, ketika banyak yang lainya malah lalai dengan pekerjaan, karna asik ngobrol yang tidak jelas juntrungannya. Apalagi yang cukup parah, dengan masih berseragam PNS, tanpa malu2 mangkir dari tugas dan memilih ‘parkir’ di kedai kopi.
Sekilas, meskipun aku tidak terlalu suka dengan kopi, buat sekedar tahu.. sempet tanya2 bahwa kopi Aceh biasanya dari jenis Arabica. Proses meracik kopi Aceh pun terbilang lumayan unik dan khas. Waktu memproses dicampur sedikit mentega. Dan untuk memperoleh rasa yang khas, cara penyajiannya pun berbeda. Kebanyakan, membuat kopi dengan menaruh beberapa sendok kopi di cangkir kemudian diseduh dengan air panas. Sementara kalo kopi aceh diseduh langsung dalam air mendidih dan dibiarkan mendidih selama 2 atau 3 menit. Sebelum dituang ke dalam gelas ditutup rapat-rapat beberapa saat supaya aromanya tidak kemana-mana tetapi kembali masuk ke dalam air kopi. Kopi Aceh biasanya dibuat tidak terlalu manis, sehingga terasa sangat pas ditemani kudapan khas Aceh yang serba manis. Nah,setengah berbisik, aku bertanya pada abang yang meracik kopi. Apakah kopi aceh, dikasi campuran ganja??.... Si Abang cuma nyengir kuda!!! Maybe yes..maybe no…hehehe
2 Desember 2009 pukul 21:23