Tragedi kantung Ajaib
https://mondristawan.blogspot.com/2014/06/tragedi-kantung-ajaib.html
Setelah hampir tiga pekan di Bali, akhirnya jumat pagi 19 Maret aku kembali meninggalkan pulau dewata. Transit selama 2 hari di Jakarta untuk selanjutnya bertolak ke Banda Aceh. Perjalanan melelahkan ke barat ini, selain dibebani ransel juga ditambah dua travel bag berukuran kecil dan sedang dengan berat total mencapai 24 kg. Bukan itu saja, ada satu beban lagi berupa tas jinjing yang tidak kalah beratnya. Benar-benar aksi balik yang merepotkan. Ranselku ibarat ‘kantung ajaib doraemon’, yang memuat ragam gadget mulai dari hape, kamera pocket, SLR, laptop serta barang2 penting lainnya yang selalu menemani dan siap diboyong kemana-mana, termasuk dompet yang menyimpan identitas pribadi serta perlengkapan mandi, ‘nyemplung’ jadi satu. Bayangin saja, jika ‘kantung ajaib’ ini hilang atau ketinggalan!?!?....
Setelah 2 hari transit di Jakarta, di minggu pagi buta aku kembali menyiapkan semua untuk pemberangkatan lanjutan siang harinya. Namun betapa terkejutnya, ketika dompet yang selalu dalam kantung ajaib sudah tidak ada lagi.
Dengan mulai dihantui kekhawatiran, aku mencampakkan satu demi satu isi ransel dilantai dan memeriksa lebih teliti setiap kantongnya. Namun hasilnya tetap tidak ada, sampai akhirnya dua travel bag yang sudah ter-packing rapi ikut terbongkar. Hasilnya tetap sama, dompetku tidak ditemukan. Akupun teronggok lesu dalam kamar yang sudah seperti kapal pecah. Menyesalkan kejadian yang bukan sekali ini aku alami.
Dalam kekalutan itu, aku mencoba mulai menenangkan diri dan me-rewind kembali ingatanku. Terakhir, aku masih ingat dompetku masih ada, sampai aku membayar taksi yang aku tumpangi semalam pulang dari CL menuju apartement Semanggi. Aku menduga-duga, dompetku tertinggal di taksi atau terjatuh saat naik ke lantai tiga.
Berbekal ingatan tersebut, aku melapor dan menceritakan kronologis kejadian kepada security apartement. Karna tidak ada laporan penemuan dompet dari penghuni atau petugas apartement, aku menganggap dompetku ketinggalan di taksi yang semalam nganterin. Masalahnya, aku sama sekali tidak ingat nomor taxi yang aku tumpangi. Yang teringat hanya jam berapa aku nyampe apartement, itu pun mengira-ngira kisaran rentang Pk.21.00 -22.00 WIB. Dengan data minim tersebut, security berkoordinasi dan mendata taksi yang sempat masuk dalam rentang waktu tersebut. Aku salut dengan sistem pendataan yang rapi dan penanganan oleh petugas, dan alhasil ada tiga mobil taksi yang tercatat dalam rentang satu jam-an tersebut.
Kemudian aku mencoba menghubungi customer service jasa taksi tersebut dan membuat laporan ketinggalan barang. Meski belum yakin bisa ditemukan, namun dengan pelayanan yang responsive dan follow up serius dari pihak customer service-nya aku merasa berterimakasih, setidaknya harapan dompet kembali masih ada. Dari sisi kepuasan konsumen, tentu saja hal ini berbanding terbalik dengan pelayanan kurang professional yang kerap aku keluhkan seperti pusat perbelanjaan dengan pelayan tidak ramah dan nyaris tanpa senyum serta Customer service jasa telekomunikasi yang meng-pingpong customernya.
Lepas dari semua itu, limit check in pesawat yang semakin dekat, sementara informasi dompetku tak kunjung ditemukan membuat kepalaku di jejali pertanyaan2, bagaimana nanti aku check-in tanpa secuil identitas pun.. bagaimana aku hidup tanpa ATM.. bagaimana nanti di Aceh tanpa identitas KTP, sementara berdasarkan informasi teman2 di Aceh, sedang gencar2nya dilakukan razia terkait terorisme yang merebak hampir 4 pekan terakhir ini.
Dengan penuh kekalutan dibantu teman2 di Jakarta aku memutuskan melapor ke polsek terdekat, Polsek Metro Kebon Jeruk. Belum lama aku duduk sementara petugas kepolisian menyiapkan laporanku, tiba-tiba saja HP-ku berdering. Rupanya, telepon dari customer service taksi yang menginformasikan dompetku telah ditemukan tertinggal di jok belakang. Kontan saja muka kusam dan lusuh berubah sumbringah dengan senyum lebar.. buru-buru aku menyampaikan kabar berita ini kepada pak polisi yang sudah menunggu sabar dengan mesin tik-nya.
Maaf pak ‘ga jadi laporan (*nyengirr….).
Singkat cerita, dompetku akhirnya kembali. dianterin sopir taksi yang pada akhirnya aku tahu namanya Pak Amin. Aku sangat menghargai kebaikannya, bahkan ditengah2 keterburu-buruan ku meluncur ke bandara mengejar sisa waktu untuk check in,dia masih sempat untuk menelpon dan memastikan kelengkapan isi dompetku dan mengucapkan selamat jalan.....
menatap keluar sepanjang perjalanan ke bandara dalam hati aku bersyukur, masih banyak mereka yang berhati baik, bekerja didasari kejujuran dan keiklasan, serta kepedulian sesama. Terimakasih buat kalian semua...
Setelah 2 hari transit di Jakarta, di minggu pagi buta aku kembali menyiapkan semua untuk pemberangkatan lanjutan siang harinya. Namun betapa terkejutnya, ketika dompet yang selalu dalam kantung ajaib sudah tidak ada lagi.
Dengan mulai dihantui kekhawatiran, aku mencampakkan satu demi satu isi ransel dilantai dan memeriksa lebih teliti setiap kantongnya. Namun hasilnya tetap tidak ada, sampai akhirnya dua travel bag yang sudah ter-packing rapi ikut terbongkar. Hasilnya tetap sama, dompetku tidak ditemukan. Akupun teronggok lesu dalam kamar yang sudah seperti kapal pecah. Menyesalkan kejadian yang bukan sekali ini aku alami.
Dalam kekalutan itu, aku mencoba mulai menenangkan diri dan me-rewind kembali ingatanku. Terakhir, aku masih ingat dompetku masih ada, sampai aku membayar taksi yang aku tumpangi semalam pulang dari CL menuju apartement Semanggi. Aku menduga-duga, dompetku tertinggal di taksi atau terjatuh saat naik ke lantai tiga.
Berbekal ingatan tersebut, aku melapor dan menceritakan kronologis kejadian kepada security apartement. Karna tidak ada laporan penemuan dompet dari penghuni atau petugas apartement, aku menganggap dompetku ketinggalan di taksi yang semalam nganterin. Masalahnya, aku sama sekali tidak ingat nomor taxi yang aku tumpangi. Yang teringat hanya jam berapa aku nyampe apartement, itu pun mengira-ngira kisaran rentang Pk.21.00 -22.00 WIB. Dengan data minim tersebut, security berkoordinasi dan mendata taksi yang sempat masuk dalam rentang waktu tersebut. Aku salut dengan sistem pendataan yang rapi dan penanganan oleh petugas, dan alhasil ada tiga mobil taksi yang tercatat dalam rentang satu jam-an tersebut.
Kemudian aku mencoba menghubungi customer service jasa taksi tersebut dan membuat laporan ketinggalan barang. Meski belum yakin bisa ditemukan, namun dengan pelayanan yang responsive dan follow up serius dari pihak customer service-nya aku merasa berterimakasih, setidaknya harapan dompet kembali masih ada. Dari sisi kepuasan konsumen, tentu saja hal ini berbanding terbalik dengan pelayanan kurang professional yang kerap aku keluhkan seperti pusat perbelanjaan dengan pelayan tidak ramah dan nyaris tanpa senyum serta Customer service jasa telekomunikasi yang meng-pingpong customernya.
Lepas dari semua itu, limit check in pesawat yang semakin dekat, sementara informasi dompetku tak kunjung ditemukan membuat kepalaku di jejali pertanyaan2, bagaimana nanti aku check-in tanpa secuil identitas pun.. bagaimana aku hidup tanpa ATM.. bagaimana nanti di Aceh tanpa identitas KTP, sementara berdasarkan informasi teman2 di Aceh, sedang gencar2nya dilakukan razia terkait terorisme yang merebak hampir 4 pekan terakhir ini.
Dengan penuh kekalutan dibantu teman2 di Jakarta aku memutuskan melapor ke polsek terdekat, Polsek Metro Kebon Jeruk. Belum lama aku duduk sementara petugas kepolisian menyiapkan laporanku, tiba-tiba saja HP-ku berdering. Rupanya, telepon dari customer service taksi yang menginformasikan dompetku telah ditemukan tertinggal di jok belakang. Kontan saja muka kusam dan lusuh berubah sumbringah dengan senyum lebar.. buru-buru aku menyampaikan kabar berita ini kepada pak polisi yang sudah menunggu sabar dengan mesin tik-nya.
Maaf pak ‘ga jadi laporan (*nyengirr….).
Singkat cerita, dompetku akhirnya kembali. dianterin sopir taksi yang pada akhirnya aku tahu namanya Pak Amin. Aku sangat menghargai kebaikannya, bahkan ditengah2 keterburu-buruan ku meluncur ke bandara mengejar sisa waktu untuk check in,dia masih sempat untuk menelpon dan memastikan kelengkapan isi dompetku dan mengucapkan selamat jalan.....
menatap keluar sepanjang perjalanan ke bandara dalam hati aku bersyukur, masih banyak mereka yang berhati baik, bekerja didasari kejujuran dan keiklasan, serta kepedulian sesama. Terimakasih buat kalian semua...
.
22 Maret 2010 pukul 18:10